Guru Jangan Gagap Teknologi
Teknologi sudah menjamah dunia di zaman ini. Teknologi bukan menjadi barang yang mewah sekarang. Bahkan, teknologi menjadi alat bantu yang wajib dimiliki siapapun agar tidak ketinggalan informasi dan perkembangan zaman. Hampir tidak ada bagian di dunia ini yang tidak disentuh teknologi, walaupun hanya teknologi sederhana. Bidang apapun di dunia ini juga sudah disentuh oleh teknologi, mulai pertanian, kesehatan, peternakan, pendidikan, dan lain-lain.
Hampir semua bidang sudah tersentuh teknologi, termasuk dunia pendidikan. Dunia pendidikan, yang di zaman dahulu akrab dengan kesan tergantung pada guru, menulis di papan tulis, buku-buku tebal, dan kesan-kesan lainnya, sudah memiliki kesan yang sangat berbeda di zaman sekarang. Buku-buku yang tebal yang menjadi ciri khas dunia pendidikan dahulu, sekarang sudah bisa disimpan dan diringkas dalam sebuah data di dalam komputer, laptop, tablet, dan lain-lain. Alat-alat seperti komputer, laptop, tablet, smartphone, dan lain-lain, benar-benar memudahkan para pelaku di dunia pendidikan sekarang untuk mendapatkan ilmu.
Fasilitas kelas di zaman sekarang pun sudah berbeda dengan zaman dahulu. Di zaman dahulu, kelas hanya diisi dengan meja, kursi, dan papan tulis. Kelas di zaman memiliki perlengkapan tambahan, seperti komputer, LCD, proyektor, CCTV, dan lain-lain. Alat-alat tersebut digunakan untuk memudahkan proses belajar mengajar. Hal ini diharapkan bermanfaat bagi semua elemen pendidikan, terutama guru dan siswa.
Sayangnya, banyak guru di zaman ini, khusunya di Indonesia, yang kurang memanfaatkan kemajuan teknologi yang sudah ada. Walaupun tidak semua guru, namun ada beberapa guru yang masih suka mengajar dengan cara dan perlengkapan konvensional. Kemungkinannya ada 2, yaitu para guru tersebut memang lebih nyaman dengan metode mengajar yang lama, atau para guru tersebut kurang mau belajar untuk menguasai teknologi yang sudah ada. Kemungkinan kedua mungkin menjadi penyebab terbesar mengapa beberapa guru tidak mau belajar menguasai teknologi. Hal ini kurang baik jika melihat perkembangan zaman yang semakin dinamis ini, dimana siswa-siswa begitu dekat dengan teknologi, sementara ada beberapa guru yang kurang dekat dengan teknologi.
Mari kita simak sebuah kejadian, yang menggambarkan betapa teknologi mampu melancarkan transfer ilmu. Suatu ketika di sekolah kami, kami akan memasuki pelajaran biologi yang akan membahas tentang sistem peredaran darah. Intinya peredaran darah ada 2, peredaran darah besar dan peredaran darah kecil. Peredaran darah besar mengalirkan darah ke suluruh tubuh, sedangkan peredaran darah kecil mengalirkan darah ke paru-paru. Penjelasan yang disampaikan guru biologi bersumber dari sebuah buku cetak. Penjelasannya dituliskan dan dijelaskan begitu detail dan urut. Para siswa tentu saja mengantuk mendengarkan penjelasan guru yang tiada ujung tersebut. Melihat situasi itu, guru itu menyalakan komputer dan menayangkan sebuah video yang menggambarkan aliran darah ke seluruh tubuh dan paru-paru yang berasal dari jantung. Para siswa yang tadinya mengantuk, tiba-tiba saja terbangun dan memperhatikan tayangan tersebut. Transfer ilmu pun berjalan lebih cepat. Kejadian ini mungkin sekaligus membenarkan suatu ungkapan yang menyatakan "Satu gambar lebih bermakna daripada seribu kata". Teknologi mampu memudahkan proses belajar mengajar yang dulunya terpaku oleh penjelasan guru.
Hal buruk yang bisa diakibatkan jika guru tidak menguasai teknologi, atau biasanya disebut gagap teknologi, cukup banyak. Salah satu yang paling fatal adalah berkurangnya antusias para siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas. Para siswa merasa ilmu dari guru bisa didapatkan dengan mudah di internet, sehingga para siswa di kelas merasa malas mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini tentu berbahaya bagi para siswa. Rasa hormat mereka kepada guru mereka menjadi berkurang, dan rasa sayang guru kepada para siswanya juga berkurang karena para siswanya malas mendengarkan penjelasannya. Maka sudah seharusnya, seorang guru mampu menguasai teknologi. Mereka harus sadar, menjadi guru di era milenium seperti ini sudah berbeda dengan menh=jadi guru di era tahun 1980-1990-an. Era milenium menuntut penguasaan teknologi dan informasi, karena semua hal sudah tersentuh teknologi.
Oleh karena itu, para guru harus mampu menyikapi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, karena bisa dipastikan, hampir semua siswa-siswi mereka sudah menguasai teknologi. Tak mudah memang untuk meenguasai teknologi dengan cepat, apalagi mengaplikasikannya langsung di dalam proses belajar mengajar. Para guru membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan teknologi. Dengan penguasaan teknologi, kualitas guru Indonesia bisa dipastikan meningkat dan mampu bersaing dengan guru-guru dari negara lain. Sungguh aneh jika di suatu acara yang mempertemukan guru-guru dari beberapa negara, namun guru-guru dari Indonesia kurang menguasai teknologi, secara tidak langsung akan membuat guru-guru kita berkecil hati ketika melihat perkembangan dan penguasaan teknologi oleh guru-guru dari negara lain.
Alat-alat dengan teknologi canggih seperti komputer, laptop, tablet, dan lain-lain bukanlah barang yang murah. Ada harga yang harus dibayar untuk menguasai teknologi dan informasi. Maka, di sinilah peran pemerintah dalam mendukung perkembangan teknologi dan informasi di dunia pendidikan. Sudah sepantasnya pemerintah memperhatika kualitas guru dalam hal penguasaan teknologi dan informasi. Dengan bekal itu, transfer ilmu dari guru kepada para putra-putri Indonesia mampu berjalan dengan lebih baik dan lebih cepat. Semoga dunia pendidikan Indonesia mampu berkembang dan menghasilkan anak-anak bangsa yang berkualitas, yang kelak akan membangun negara Indonesia ini.
Klik gambar di bawah untuk bergabung dengan "Indonesia Berprestasi".
Penulis : Zulhilmi Yahya
Akun twitter : @zulhilmiyahya
Alamat domisili : Pogung Baru A-2 no.1, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
No ponsel : 089671590061
Tidak ada komentar:
Posting Komentar